Ke negara mana traveling pertama kamu ke luar negeri? Kalau saya mengikuti standarisasi nasional para backpacker pemula, pertama kali ke luar negeri klo ga ke Singapura ya Jelajah Malaysia, dan saya waktu itu memilih ke Malaysia, karena lebih murah dan ada beberapa teman disana yang bisa ditumpangi (ngirit ongkos) 😛
Selain perjalanan ini menjadi pengalaman pertama ke luar negeri, ini juga pengalaman pertama saya naik pesawat, maklum anak kampung 🙁 . Bermodal nekat dan browsing sana sini di blog dan grup/forum backpack di facebook, saya beranikan diri memesan tiket menggunakan pesawat Lion Air melalui teman yang bekerja di Garuda (berharap dapet tiket murah :P). Harga tiket pesawat PP pada waktu itu sekitar 800.000,-.
Proses check in, lalu ke imigrasi saya lewati dengan lancar, beruntung juga waktu itu Lion Air tidak delay, akhirnya saya bisa juga merasakan agak panik ketika Take off di pesawat…heheheh
Sampai di bandara KLIA2 sekitar pukul 2 siang, sengaja saya ambil penerbangan siang karna khawatir kalau-kalau akan susah mencari kendaraan untuk menuju ke tengah kota. Sesampainya disana ketika saya akan membeli simcard untuk isi paket data internet ternyata HP yang saya bawa itu jenis nya CDMA dan di Malaysia tidak bisa digunakan, alhasil saya harus membeli HP Nokia tipe jadul seharga kurleb 350.000 rupiah. Fyi, hape yang saya beli hanya bisa SMS dan Nelp saja karena kebutuhan dan ongkos yang pas-pasan makanya tetep saya beli.
Dari bandara KLIA2 saya memilih bis menuju pusat kota KL Central, menghemat kurleb 20an RM ketimbang naek Kereta Cepat. Sesampainya di KL Central saya sudah ditunggu teman, mahasiswa UIAM dan langsung menuju untuk melihat Festival Bon Odori, berbekal kamera entry level Nikon D3100 dan ditemani rintik hujan, saya berhasil mengabadikan beberapa momen di hajatannya orang Jepang yang tinggal di Malaysia.
Liat galeri foto nya di postingan ini Hitam Putih Festival Bon Odori di Shah Alam, Malaysia
Tak terasa waktu cepat berlalu, ternyata sudah malem dan sudah waktu nya cari penginapan. Beruntung temen saya baik 🙂 Selama 4 hari di Malaysia, saya tinggal di Travelers room lantai 3 masjid jami di Kampus UIAM (Universiti Islam Antarabangsa Malaysia), berangkat pagi untuk mengeksplor Kuala Lumpur dan balik malam, ruangan yang lebih cocok disebut Dormitory itu betul-betul saya jadikan hanya tempat untuk tidur. Pernah suatu malam selepas mampir ke asrama salah satu pelajar Indonesia Karna balik terlalu larut dan pas banget saya papasan sama petugas keamanan kampus, singkat cerita saya di interogasi karena dicurigai sebagai pekerja Ilegal, Karna ternyata siangnya ada razia pekerja ilegal di kampus, satu ibu asal Indonesia dan satu pria asal Bangladesh terciduk dan dibawa polisi Diraja Malaysia. Akhir nya saya lolos Karna saat itu saya membawa paspor yang sudah ada stempel imigrasi nya, Alhamdulillah walau sempet deg-degan banget :D.
Beberapa kali shuttle bus yang membawa saya keluar dari gerbang kampus digeledah polisi imigrasi untuk memeriksa dokumen penumpang, apakah mahasiswa, pelancong atau imigran gelap secara acak, mungkin karena terlalu banyak imigran yang mencari peruntungan di Malaysia membuat pemerintah harus kerja ekstra untuk melindungi warga negara Malaysia itu sendiri.
Hal yang paling berkesan dari Kuala Lumpur adalah transportasi massa nya yang cukup murah dan banyak alternatif nya, mulai dari MRT, LRT, Monorail, Shuttle Bus hingga bus gratis untuk wisatawan yang ingin berkeliling kota. Secara keseluruhan kota nya bersih dan teratur. Makanannya enak dan relatif murah, lidah Indonesia khususnya lidah sumatera pasti sangat-sangat tidak asing dengan makanan khas Malaysia, tapi juga ternyata di beberapa objek wisata favorit ada juga restoran asal Indonesia, seperti yang saya temui di pojokan Petaling Street, Kuala Lumpur. Sebuah restoran yang pemiliknya berasal dari Kediri, Jawa Timur yang menyediakan beberapa masakan khas jawa, Indonesia.
Selama di Malaysia saya sempet berkunjung ke beberapa tempat wisata yang biasa dikunjungi seperti KLCC, Petronas Twin Towers, Kuala Lumpur Tower, Dataran Merdeka, Masjid Jami (saat itu sedang renovasi), Petaling Street, Pasar Seni, Masjid Putra di Putra Jaya dan Batu Caves. Alhamdulillah beberapa foto sudah terjual di Getty Images.
Salah satu cara mendapatkan tiket murah biasanya dengan mencari yang jadwal penerbangannya dini hari, misal pukul 4 atau pukul 5 pagi, dan cara itulah yang saya gunakan untuk menekan budget perjalanan kali ini, karna jadwal penerbangan kurleb pukul 04.00 dini hari, minimal saya sudah berada di bandara dan harus melakukan check in 2 jam sebelumnya, yaitu pukul 02.00 dini hari. alhasil saya harus check out dari hotel sekitar pukul 21.00 dan tidur di bandara, di Bandara KLIA2 biasanya ada ruangan yang digunakan para penumpang pesawat yang uangnya pas-pasan untuk sekedar bermalam menunggu jadwal penerbangan pagi.